Social Icons

Pages

Tuesday, April 21, 2015

Bandeng Presto Semarang

Ikan bandeng yang gurih sering kali membuat kita ingin menikmati rasanya yang maknyuuus. Tapi sebagian orang malas memakannya karena banyaknya duri-duri yang lembut. Tetapi, sejak ikan bandeng bisa diolah menjadi ikan yang berduri lunak, membuat orang-orang bisa menikmati gurihnya bandeng tanpa perlu takut terkena atau tertelan durinya.

Bandeng Presto adalah ikan bandeng yang dimasak dengan panci bertekanan tinggi yang sering disebut dengan panci Presto. Kata presto sebenarnya diambil dari sebuah merk dagang panci bertekanan tinggi.

Cara ini dilakukan untuk membuat duri ikan bandeng tersebut menjadi lunak sehingga enak untuk disantap dan mampu tahan lama. Untuk bandeng presto dengan cara penyimpanan khusus, mampu bertahan dalam waktu 3-4 bulan tanpa berubah rasa dan warna.

Bandeng presto adalah makanan khas Indonesia yang berasal dari Kota Semarang, Jawa Tengah. Makanan ini dibuat dari ikan bandeng (Chanos chanos) yang dibumbui dengan bawang putih, kunyit dan garam. Walaupun pada awalnya ditemukan oleh Hanna Budimulya yang lahir di Kapbupaten  Pati, Jawa Tengah , namun makanan lezat yang satu ini menjadi ikon Kota Semarang. Jangan pernah cerita ke orang lain bahwa Anda pernah ke Semarang , kalau belum pernah menikmati kegurihan Bandeng Presto. 

Bandeng Presto ditemukan pada tahun 1977 oleh Ibu Hanna Budimulya yang pada awalnya dibuat dalam skala kecil untuk kalangan tertentu saja. Namun karena digemari banyak orang, produksi Bandeng Presto semakin berkembang dan menjadi oleh-oleh khas dari Kota Semarang.

Ikan bandeng ini dimasak pada alas daun pisang dengan cara presto. Presto adalah cara memasak dengan uap air yang bertekanan tinggi. Makanan yang dimasak dengan cara ini diletakkan dalam panci yang dapat dikunci dengan rapat. Air yang berada di dalam panci ini kemudian dipanaskan hingga mendidih. Uap air yang timbul akan memasak makanan yang berada di dalam panci ini. Karena ikan bandeng terkenal memiliki banyak duri, bandeng presto adalah makanan yang digemari karena dengan cara masak presto duri-duri ini menjadi sangat lunak

Sekilas Perjalanan Bandeng Presto
Ada cerita unik dibalik munculnya makanan ini. Saat itu tahun 1976, Ibu Hanna Budimulya  dan suaminya Bapak Agus Pradekso tinggal  di Jalan Pandanaran no. 33 Semarang. Keadaan ekonominya kurang bagus karena hanya berprofesi sebagai sopir truk barang Jakarta Semarang.

Suatu hari, Ibu Hanna mengantarkan anaknya pertamanya masuk taman kanak-kanak. Di sekolah Ibu Hanna melihat banyak ibu-ibu mengantarkan anaknya sambil membawa barang dagangan seperti baju dan sepatu. Melihat para ibu mempunyai usaha sampingan, Ibu Hanna ingin membantu suaminya tetapi beliau tidak tahu apa yang dapat dijualnya. Kahirnya Ibu Hanna mendapat ide untuk menjual bandeng pindang yang durinya akan dilunakkan dengan menggunakan panci pressure cooker merk Presto.

Produksi awal Ibu Hanna sebanyak tiga kilogram atau 12 ekor ikan bandeng. Ibu Hanna menawarkan bandeng buatannya pada ibu-ibu sesama pengantar anak di sekolah. Pada hari pertama, baru laku 2 ekor, hamun hari-hari berikutnya jumlah pembeli semakin bertambah. Ibu Hannapun semakin percaya diri dan berani membuka toko bandeng Presto di ruang muka rumahnya. 

Kata Presto dia ambil dari merk panci miliknya. Pertama kali ikan bandeng PResto dijual Rp. 5.000,- per ekor. Karena banyaknya pesaing dari para tetangga, maka Bapak Agus mempatenkan merk Presto ini sehingga merek Presto ini tidak dapat digunakan orang lain.

Bandeng Presto sekarang menjadi icon dari kota Semarang sehingga banyak sekali orang dari dalam kota Semarang sendiri dan orang dari luar kota yang membeli untuk oleh-oleh kerabat, saudara dan teman-teman. Bahkan bandeng Presto sudah sampai ke luar kota, seperti Surabaya, Jakarta dan Bandung, bahkan ke luar negeri seperti Hongkong dan Amerika.

Sumber :
www(dot)bandengpresto-semarang(dot)com/tentang-kami

www(dot)id(dot)wikipedia(dot)org/wiki/Bandeng_presto

Sumber gambar :
www(dot)wego(dot)co(dot)id

Wednesday, April 15, 2015

Tahu Pong Semarang yang Pedas Gurih

Mampir di Semarang tanpa mencicipi uniknya rasa masakan tahu pong, itu seperti makan nasi tanpa lauk, terasa hambar. Setahu banyak orang, makanan khas Semarang hanya lunpia dan wingko babat. Tahu pong sering luput dari perhatian pecinta wisata kuliner.  

Ada yang bilang tahu pong itu camilan, tapi ada yang bilang itu makanan utama. Terserah deh. Memang agak susah membedakan, mengingat besar menunya. Tahu Pong berwujud tahu goreng garing  dan gurih, yang dalamnya kosong (kopong) karena tahu mengembang saat digoreng dengan minyak panas yang berlimpah. Karena itu dinamai tahu pong. Tahu kopong, atau dalam bahasa Indonesia Tahu Kosong.

Makanan yang bahan utamanya tahu pong, telur rebus yang digoreng, dan gimbal udang ini merupakan sebuah resep kuliner hasil perpaduan. Perpaduan seperti apa? Perpaduan antara resep asli Tiongkok yang dibawa oleh pedagang Tiongkok yang kemudian menetap di Semarang dengan resep lokal semarang yang sudah lama.

Penyajiannya cukup sederhana namun membawa kesan tersendiri. Tahu pong langsung digoreng saat akan disajikan. Tahunya benar-benar harus masih “fresh” dari penggorengan saat disajikan.

Cara menyantapnya juga unik. Tahu yang disajikan bersama telor rebus yang digoreng dan gimbal udang ini disobek dulu. Setelah itu dicelup atau dicocol ke dalam kuah kecap pedas yang menggugah selera. Tunggu agar kuah meresap ke tahu, baru disantap... wwuiiih rasanya... maakkk nyyuuuuussss.

Kuah kecapnya pun bukan kecap biasa, tapi campuran dari beberapa bahan , termasuk petis udang dan bawang putih tumbuk. Pedas, asin, gurih, dan sedap bercampur jadi satu. Belum lagi agar lobak putih yang diserut yang biasanya disajikan berdampingan dengan kuahnya. Menambah rasa asam segar.

Kadang bersama dengan tahu pong, disajikan juga tahu telur sebagai tambahan menu. Seperti apa tahu telur itu? Tahu telur itu tahu yang dihaluskan kemudian dikocok bersama dengan telur dan juga daun bawang.

Di beberapa warung tahu pong, di Semarang, satu paket menu ini dihargai mulai 6000 rupiah sampai dengan 12000 rupiah. Tidak terlalu mahal. Pas untuk kantong kita. Apalagi kalau dibandingkan dengan rasanya yang membuat lidah menari. Sungguh sepadan.

Silakan coba... :D
 

Produk Baru

Produk Sponsor

Produk Baru

Produk Baru
 
Blogger Templates